Teks Cerita Fiksi adalah materi pelajaran bahasa Indonesia yang akan kita pelajari kali ini. Adapun materi yang bisa kalian pahami pada artikel kali ini tentang teks cerita fiksi dalam novel yaitu meliputi pengertian, struktur teks, dan juga kaidah kebahasaan atau ciri kebahasaan teks cerita fiksi. Baiklah tanpa banyak basa basi lagi mari langsung saja kita simak materinya dibawah ini.
Pengertian Teks Cerita Fiksi
Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olahan imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.
Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Struktur Teks Cerita Fiksi
Struktur teks cerita fiksi dalam novel tidak berbeda dengan struktur cerpen. Secara keseluruhan, struktur yang membangun teks cerita fiksi dalam novel terdiri dari abstra, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Namun, tidak sedikit juga teks cerita fiksi dalam novel yang hanya berstrukturkan orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Untuk lebih jelasnya bisa simak dibawah.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi
Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu cara agar kita dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut.
Pengertian Teks Cerita Fiksi
Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olahan imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.
Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Struktur Teks Cerita Fiksi
Struktur teks cerita fiksi dalam novel tidak berbeda dengan struktur cerpen. Secara keseluruhan, struktur yang membangun teks cerita fiksi dalam novel terdiri dari abstra, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Namun, tidak sedikit juga teks cerita fiksi dalam novel yang hanya berstrukturkan orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Untuk lebih jelasnya bisa simak dibawah.
- Abstrak, bagian ini hanyalah opsional boleh ada ataupun tidak. Bagian ini merupakan inti dari dari teks cerita fiksi.
- Orientasi, pada bagian ini berisi pengenalawan tema, latar dan juga tokoh. Tahap orientasi ini merupakan bagian awal dari sebuah teks cerita fiksi dalam novel.
- Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai muncul berbagai permasalahan.
- Evaluasi, merupakan bagian yang berisi mulai munculnya pemecahan dan penyelesaian masalah.
- Resolusi, merupakan bagian berisi pemecahan masalah dari masalah yang dialami tokoh.
- Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan-pesan positif yang bisa dipetik dari teks cerita fiksi.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi
Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu cara agar kita dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut.
- Metafora, merupakan majas perumpamaan yang membandingkan benda dengan melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
- Metonimia, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu sebagai pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang begitu dekat.
- Simile (persamaan), merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu saa dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.