Halo sobat semua kali ini saya akan memberikan kepada kalian semua jawaban buku paket bahasa Indonesia yang mungkin sedang kalian cari saat ini. Pelajaran kita kali ini adalah mengenai ulasan teks "Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis", adapun jawaban pada kali ini meliputi kaidah kebahasaan dari teks ulasan seperti kosa kata, verba, nomina, adjektiva, pronomina, konjungsi, kata depan, artikel, dan juga kalimat kompleks dan simpleks.
1. Kosa Kata
Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan Teks "Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis"
No. | Kosakata | Arti Kosakata |
1. | Adaptasi | Penyesuaian terhadap lingkungan |
2. | Akses | Jalan masuk |
3. | Bioskop | Tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. |
4. | Borjuis | Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas |
5. | Destruktif | Bersifat merusak |
6. | Eksploitasi | Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri |
7. | Fragmentasi | Pencuplikan (cerita dsb) |
8. | Gender | Suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya. |
9. | Harmonis | Bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; kondisi seiya sekata diantara anggota keluarga |
10. | Inspirasi | Ilham |
11. | Klasik | Mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan yang abadi; tertinggi |
12. | Kolektif | Secara bersama; secara gabungan |
13. | Koma | Keadaan tidak sadar sama sekali dan tidak mampu memberi reaksi terhadap suatu rangsangan (karena keracunan, sakit parah, dsb) |
14. | Kompensasi | Ganti rugi |
15. | Kutub | Ujung poros atau sumbu bumi |
16. | Logika | Jalan pikiran yang masuk akal |
17. | Metafora | Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan |
18. | Model | Pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan |
19. | Obsesi | Gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan |
20. | Oposisi biner | Berpaku pada hal-hal yang berlawanan |
21. | Paradoks | Pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran |
22. | Protektif | Sifat orang untuk menjaga dan melindungi sesuatu yang disayanginya secara berlebihan |
23. | Ras | Golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa: |
24. | Realita sosial | Suatu peristiwa yang memang benar terjadi di tengah - tengah masyarakat. |
25. | Sindrom | Himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi |
26. | Sekolah singgah | Tempat belajar yang hanya menumpang |
27. | Temperamen | Gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. |
28. | Tradisi | Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat; Sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama |
29. | Utopia | Sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan di kenyataan |
30. | Villa | Rumah mungil di luar kota atau di pegunungan; rumah peristirahatan (digunakan hanya pada waktu liburan) |
Kata Asing
No. | Kata Asing | Arti |
1. | Leisure activity | Aktivitas yang menyenangkan,dilakukan pada waktu senggang |
2. | Opposite attracks | Tertarik pada suatu hal yang berlawanan |
3. | Privilege | Hak istimewa yang tidak bisa didapat oleh setiap orang. |
4. | Self-reference | Referensi untuk pribadi |
5. | Scene | Adegan |
5. | Taken-for-granted | Tidak menganggap atau tidak menghargai nilai dari suatu hal karena sudah sangat biasa terjadi. |
2. Verba/Kata Kerja
No. | Kata Dasar | Verba | Nomina |
1. | Ulas | Mengulas | Ulasan |
2. | Nilai | Menilai | Penilaian |
3. | Evaluasi | Mengevaluasi | Pengevaluasi |
4. | Kritik | Mengkritik | Kritikan |
5. | Ukur | Mengukur | Ukuran |
6. | Komentar | Mengomentari | Pengomentar |
7. | Tafsir | Menafsirkan | Tafsiran |
8. | Kupas | Mengupas | Kupasan |
Verba Aktif dan Pasif
No. | Kata Dasar | Verba Aktif | Verba Pasif |
1. | Kembang | mengembang, mengembangkan | Dikembangkan |
2. | Acu | Mengacu | Diacu |
3. | Paku | Memaku | Dipaku |
4. | Lawan | Melawan | Dilawan |
5. | Utama | Mengutamakan | Diutamakan, Terutama |
6. | Kaitan | Mengaitkan | Dikaitkan, Terkait |
7. | Adaptasi | Mengadaptasi | Diadaptasi |
8. | Inspirasi | Menginspirasikan | Diinspirasikan, Terinspirasi |
9. | Alami | Mengalamikan | Dialamikan |
10. | Jendela | Menjendelakan | Dijendelakan |
11. | Belajar | Mengajar | Diajar |
12. | Mukim | Memukimkan | Dimukimkan |
13. | Obsesi | Mengobsesikan | Diobsesikan, Terobsesi |
14. | Gambar | Menggambarkan | Digambarkan, Tergambar |
15. | Rusak | Merusak | Dirusak |
16. | Tenang | Menenangkan | Ditenangkan |
17. | Mewah | Memewahkan | Dimewahkan |
3. Nomina
No. | Nomina Umum | Nomina Khusus |
1. | film | Sanggar |
2. | rumah | Hollywood |
3. | impian | Aldo |
4. | keluarga | Rara |
5. | majalah | si Mbok |
6. | buku | Komunitas |
7. | jendela | Mobil |
8. | negara | Krayon |
9. | polisi | Kolam renang |
10. | vila | Kamera |
11. | jakarta | Bioskop |
4. Pronomina
Berikut merupakan pronomina yang ada pada teks "Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis" adalah sebagai berikut.
- Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
- Namun, permasalahan dari film musikal anak-anak adalah bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami oleh anak-anak.
- Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah iayang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
- Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan ketika ia“dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar.
- Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya(anggota keluarga).
- Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
- Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
- Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
- Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi miliknya, yaitu kemewahan berupa rumah berjendela.
- Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
- Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
- Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
- Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih mempertanyakan penyebabnya.
- Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
- Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan tercipta.
- Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
- Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-kanak.
5. Adjektiva
No. | Adjektiva | Frasa Adjektiva |
1. | kumuh | permukiman kumuh |
2. | kering | jiwanya kering |
3. | dramatis | penekanan dramatis |
4. | cilik | gadis cilik |
5. | dramatis | penekanan dramatis |
6. | utuh | keluarga yang utuh |
7. | berlebihan | fisiknya berlebihan |
8. | baik | keadaanya baik |
9. | dilemana | mengakibatkan dilema personal |
6. Konjungsi
No. | Konjungsi | Kalimat |
1. | Koordinatif: • dan • atau • tetapi |
|
2. | Subordinatif: • sesudah • sebelum • sementara • jika • agar • supaya • meskipun • alih-alih • sebagai • sebab • karena • maka |
|
3. | Korelatif: • Baik … maupun …, •tidakhanya…, tetapi…. • demikian… sehingga … • entah…entah • jangankan… pun … |
|
4. | Antarkalimat: • sungguhpun demikian • sekalipun demikian • meskipun demikian • selanjutnya • sesudah itu • setelah itu • di samping itu • sebaliknya • akan tetapi |
|
7. Kata Depan
Berikut merupakan contoh kata depan atau preposisi.
- Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal. Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
- Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman kumuh.
- Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
- Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan obsesi untuk memiliki rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
- Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
- Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anak-anak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
- Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
- Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun perilaku destruktif yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di belahan dunia manapun.
- Film tersebut diadaptasi dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
- Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng moral berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain.
- Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga).
- Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami oleh anak-anak.
- Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anak-anak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
- Kekurangan pada diri Aldo yang mewakili aspek natural takdir disandingkan dengan kemiskinan Rara sehingga membuat kemiskinan ternaturalisasikan lewat logika pemahaman yang sama, alih-alih hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
- Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
- Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian dari leisure activity.
- Dari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela” memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi lewat model film musikal klasik ala Hollywood
- Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang tidak berpunya seperti Rara.
- Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
- Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
- Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
- Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen.
- Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya.
- Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
- Lagipula, memakai perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal adalah sia-sia, mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia dalam bentuk hiburan dengan mengacu pada diri sendiri (self-reference).
8. Artikel
- Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya (anggota keluarga).
- Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
- Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara si miskin dan si kaya
- Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh narasi sosial-ekonomi Aldo dan Rara
- Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya
- Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
- Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
- Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan tercipta
- Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
9. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Contoh kalimat simpleks
- Rumah itu ditempati Rara bersama neneknya (Si Mbok) dan ayahnya.
- Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
Contoh kalimat komplek
- Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
- Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.