Halo sobat, kali ini admin akan memberikan file makalah ekonomi tentang Dampak Kenaikan BBM terhadap Perekonomian Indonesia. Saat kalian sudah memasuki kelas SMA biasanya kalian akan diberikan tugas untuk membuat makalah seperti ini, jadi admin share saja untuk lebih memudahkan tugas ekonomi kalian mengenai analis dampak kenaikan BBM terhadap perekonomian Indonesia.
Pengantar : Penulis adalah seorang Ekonom Senior dan juga seorang Dosen Pasca Sarjana dibidang Ekonomi yang kebetulan adalah member Tionghoa Indonesia , beliau juga adalah salah seorang Pengelola di Millis Tionghoa-Net.
Kami memuat Tulisan ini karena kami menganggap analisi ini patut dibaca oleh segenap member T-I. Selengkapnya adalah sbb ;
BBM sudah naik. Premium dari Rp.5.500 naik jadi Rp.7.500 atau naik Rp.2.000
(44.44#), dan Solar dari Rp.4.500 naik jadi Rp.5.500 atau naik Rp.1.000
(22.22%). Kira2 apa saja yang terpengaruh langsung oleh kenaikan harga BBM ini? Kalau diteliti ternyata hanya ada 2 sektor, yaitu sektor produski dan sektor transportasi, karena hanya 2 sektor ini saja yang menggunakan BBM.
Untuk sektor produksi, BBM yang digunakan hampir semuanya solar. Itupun hanya produksi yang mesin2nya digerakkan oleh Generator / diesel, dan saat ini sudah sangat jarang, karena sebagian besar sudah menggunakan batu bara. Kalau powernya menggunakan listrik PLN atau batu bara tentu tidak terpengaruh langsung, pengaruh tidak langsung pasti ada tapi tunda dulu sampai anda selesai membaca uraian ini.
Kita asumsikan saja mudahnya, ada 50% produksi yang mesin2nya digerakkan oleh generator / disel yang menggunakan solar. Dengan demikian, pengaruh kenaikan harga solar yang 22%, secara global kenaikan harga solar yang berpengaruh LANGSUNG terhadap harga pokok produksi sebesar 50% X 22% = 11% dari harga lama yang Rp.4.500 / liter. Sisa 50% konsumsi solar digunakan untuk transportasi.
Tapi tunggu dulu, Solar hanya untuk menggerakkan mesin2, bukan bahan baku barang yang dibuat. Secara umum harga pokok suatu barang sekitar 60 - 70% nya merupakan bahan baku, tergantung dari harga barang yang dibuat. Sisanya 30 – 40% biaya2 tenaga kerja dan biaya2 produksi, di mana sebagian di antaranya adalah biaya energi / solar. Makin canggih mesin yang dipakai maka makin hemat biaya energi yang dikonsumsinya.
Untuk mudahnya, asumsikan saja biaya energi dalam proses produksi tsb sebesar 10% dari harga pokok barang yang dibuat. Jadi kalau harga solar naik 11%, dan konsumsi solar di perusahaan industri hanya 10% nya, berarti pengaruh kenaikan harga solar tsb terhadap kenaikan harga pokok hanya 10% X 110% = 1,1% saja dari harga pokok sebelumnya............(1)
Kemudian kita beralih ke sektor transportasi. Sebagian besar sektor transportasi untuk angkutan barang menggunakan solar, dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan premium. Premium lebih banyak digunakan untuk kendaraan penumpang, yang tidak ada pengaruh langsung terhadap biaya produksi. Pengaruh tidak langsung pasti ada, tapi relatif kecil. Asumsikan saja premium yang digunakan untuk tranportasi barang & jasa hanya 30% dari konsumsi premium seluruhnya.
Kalau premium naik 44% dan yang berpengaruh hanya 30% nya, berarti kenaikan harga premium yang langsung berpengaruh terhadap harga pokok suatu produk adalah 44% X 30% = 13.2% saja. Jika diasumsikan konsumsi BBM untuk transportasi barang 30% premium + 70% solar, jika keduanya digabungkan maka pengaruh langsung kenaikan harga BBM tsb adalah: 30% X 13,2% + 70% X 11% = 11.66%.
Kemudian kita lihat, berapa biaya transport yang melekat pada harga pokok suatu barang yang dijual di pasaran. Dari uaian di atas sudah di jelaskan 60 – 70% adalah bahan baku, 10% biaya energi, dan biaya Tenaga Kerja perusahaan industri umumnya berkisar 10%, berarti sisanya hanya 10 – 20% saja.
Biaya transport hanya sebagian kecil saja dari biaya yang 10 – 20% tsb, karena masih ada biaya-biaya produksi lainnya yang melekat pada Harga pokok tsb.
Untuk mudahnya kita asumsikan saja biaya transport yang melekat pada suatu produk rata-rata sebesar 5%.
Jadi walaupun harga solar naik 22,22% dan premium naik 44.44%, pengaruhnya terhadap harga pokok suatu barang akibat naiknya biaya transportasi, hanya 5% X 11.66% = 0.66% saja dari harga pokok sebelumnya ........... (2)
Bagi perusahaan transportasi, kenaikan harga solar Rp.1.000 / liter, dijadikan alasan untuk menaikkan biaya transport diluar kewajaran. Dengan asumsi truck pengangkut mengkonsumsi solar per liter untuk jarak 5 km (mungkin lebih), berarti per km biaya soal naik Rp.200. Untuk jarak Jakarta Surabaya yang sekitar 750 km, berarti biaya solar hanya naik Rp.150.000. Umumnya jika ada kenaikan harga BBM, perusahaan transportasi meminta kenaikan ongkos yang tidak wajar.
Kenaikan biaya transportasi akan berpengaruh terhadap harga semua barang yang beredar, sehingga akan menimbulkan efek simultant terhadap semua barang yang diproduksi. Untuk mudahnya, berarti harga pokok semua barang yang diproduksi akan mengalamami kenaikan dari:
Jadi secara matematis harga pokok semua barang akan naik sebesar 1,1% + 0.66% = 1.76% saja. Dari hitung2an di atas walaupun tidak 100% akurat, menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM di atas, pengaruhnya terhadap harga barang di pasaran hanya kecil saja. Kalaupun hitung2an di atas kurang akurat, hasil akhirnya yang benar dan akurat apakah mungkin menjadi 20 - 30%? Mustahil bukan?
Tapi fakta di lapangan harga-harga melonjak sekitar 20 - 30%. Jadi apa penyebab kenaikan harga ini? Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab utamanya:
1. Pedagang spekulator yang menimbun barang untuk menunggu harga2 naik, sehingga barang2 tsb menghilang dari pasaran dan harganya naik tajam.
2. Pengusaha transportasi yang seenaknya saja menaikkan biaya transport.
3. Produsen yang dengan berbagai alasan menaikkan harga jualnya.
4. Pedagang pada berbagai tingkat distribusi, mulai dari Agen Utama, Agen, Pedagang Besar, Pedagang Kecil, dan Pedagang Eceran semaunya sendiri secara estafet menaikkan harga jual.
Apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai rakyat biasa dan konsumen? TIDAK ADA, karena ini tugas pemerintah cq Menko Perekonomian cq Kementerian Perdagangan dengan dibantu Polisi Ekonomi yang harus mengatur dan mengendalikan harga2 di pasaran. Inilah hasil karya dari sistem ekonomi NEOLIB, di mana pemerintah tidak punya wewenang untuk mengatur harga. Biarlah rakyat miskin mati sengsara.
Kadang2 saya curiga, apakah kenaikan harga BBM yang maju mundur ini merupakan salah satu strategi menaikkan harga2, agar para pedagang di sana bisa menjual barangnya di Indonesia. kalau harag2 di Indonesia murah, mereka yang biaya produksinya tinggi tidak akan bisa menjual barang2 di pasaran Indonesia, karena harga disini lebih murah. Kalau harga disini menjadi mahal, kesempatan untuk mereka jadi terbuka.
Dalam sistem ekonomi sosialis, dalam kondisi seperti ini, pemerintah punya wewenang untuk intervensi pasar dan mengatur harga jual agar tidak seenaknya saja dinaikkan para produsen maupun pedagang. Dulu dalam masa pemerintahan Bung Karno, saya ingat benar, untuk beberapa komoditi penting yang menyangkut kebutuhan vital masyarakat, seperti beras, gula, minyak tanah, dsb, harganya benar2 diawasi dengan ketat dengan sanksi pidana.
Bagaimana dengan pemerintah sekarang? Silakan anda jawab sendiri…….Oleh : DR. Herry Antono.
Pengantar : Penulis adalah seorang Ekonom Senior dan juga seorang Dosen Pasca Sarjana dibidang Ekonomi yang kebetulan adalah member Tionghoa Indonesia , beliau juga adalah salah seorang Pengelola di Millis Tionghoa-Net.
Kami memuat Tulisan ini karena kami menganggap analisi ini patut dibaca oleh segenap member T-I. Selengkapnya adalah sbb ;
BBM sudah naik. Premium dari Rp.5.500 naik jadi Rp.7.500 atau naik Rp.2.000
(44.44#), dan Solar dari Rp.4.500 naik jadi Rp.5.500 atau naik Rp.1.000
(22.22%). Kira2 apa saja yang terpengaruh langsung oleh kenaikan harga BBM ini? Kalau diteliti ternyata hanya ada 2 sektor, yaitu sektor produski dan sektor transportasi, karena hanya 2 sektor ini saja yang menggunakan BBM.
Untuk sektor produksi, BBM yang digunakan hampir semuanya solar. Itupun hanya produksi yang mesin2nya digerakkan oleh Generator / diesel, dan saat ini sudah sangat jarang, karena sebagian besar sudah menggunakan batu bara. Kalau powernya menggunakan listrik PLN atau batu bara tentu tidak terpengaruh langsung, pengaruh tidak langsung pasti ada tapi tunda dulu sampai anda selesai membaca uraian ini.
Kita asumsikan saja mudahnya, ada 50% produksi yang mesin2nya digerakkan oleh generator / disel yang menggunakan solar. Dengan demikian, pengaruh kenaikan harga solar yang 22%, secara global kenaikan harga solar yang berpengaruh LANGSUNG terhadap harga pokok produksi sebesar 50% X 22% = 11% dari harga lama yang Rp.4.500 / liter. Sisa 50% konsumsi solar digunakan untuk transportasi.
Tapi tunggu dulu, Solar hanya untuk menggerakkan mesin2, bukan bahan baku barang yang dibuat. Secara umum harga pokok suatu barang sekitar 60 - 70% nya merupakan bahan baku, tergantung dari harga barang yang dibuat. Sisanya 30 – 40% biaya2 tenaga kerja dan biaya2 produksi, di mana sebagian di antaranya adalah biaya energi / solar. Makin canggih mesin yang dipakai maka makin hemat biaya energi yang dikonsumsinya.
Untuk mudahnya, asumsikan saja biaya energi dalam proses produksi tsb sebesar 10% dari harga pokok barang yang dibuat. Jadi kalau harga solar naik 11%, dan konsumsi solar di perusahaan industri hanya 10% nya, berarti pengaruh kenaikan harga solar tsb terhadap kenaikan harga pokok hanya 10% X 110% = 1,1% saja dari harga pokok sebelumnya............(1)
Kemudian kita beralih ke sektor transportasi. Sebagian besar sektor transportasi untuk angkutan barang menggunakan solar, dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan premium. Premium lebih banyak digunakan untuk kendaraan penumpang, yang tidak ada pengaruh langsung terhadap biaya produksi. Pengaruh tidak langsung pasti ada, tapi relatif kecil. Asumsikan saja premium yang digunakan untuk tranportasi barang & jasa hanya 30% dari konsumsi premium seluruhnya.
Kalau premium naik 44% dan yang berpengaruh hanya 30% nya, berarti kenaikan harga premium yang langsung berpengaruh terhadap harga pokok suatu produk adalah 44% X 30% = 13.2% saja. Jika diasumsikan konsumsi BBM untuk transportasi barang 30% premium + 70% solar, jika keduanya digabungkan maka pengaruh langsung kenaikan harga BBM tsb adalah: 30% X 13,2% + 70% X 11% = 11.66%.
Kemudian kita lihat, berapa biaya transport yang melekat pada harga pokok suatu barang yang dijual di pasaran. Dari uaian di atas sudah di jelaskan 60 – 70% adalah bahan baku, 10% biaya energi, dan biaya Tenaga Kerja perusahaan industri umumnya berkisar 10%, berarti sisanya hanya 10 – 20% saja.
Biaya transport hanya sebagian kecil saja dari biaya yang 10 – 20% tsb, karena masih ada biaya-biaya produksi lainnya yang melekat pada Harga pokok tsb.
Untuk mudahnya kita asumsikan saja biaya transport yang melekat pada suatu produk rata-rata sebesar 5%.
Jadi walaupun harga solar naik 22,22% dan premium naik 44.44%, pengaruhnya terhadap harga pokok suatu barang akibat naiknya biaya transportasi, hanya 5% X 11.66% = 0.66% saja dari harga pokok sebelumnya ........... (2)
Bagi perusahaan transportasi, kenaikan harga solar Rp.1.000 / liter, dijadikan alasan untuk menaikkan biaya transport diluar kewajaran. Dengan asumsi truck pengangkut mengkonsumsi solar per liter untuk jarak 5 km (mungkin lebih), berarti per km biaya soal naik Rp.200. Untuk jarak Jakarta Surabaya yang sekitar 750 km, berarti biaya solar hanya naik Rp.150.000. Umumnya jika ada kenaikan harga BBM, perusahaan transportasi meminta kenaikan ongkos yang tidak wajar.
Kenaikan biaya transportasi akan berpengaruh terhadap harga semua barang yang beredar, sehingga akan menimbulkan efek simultant terhadap semua barang yang diproduksi. Untuk mudahnya, berarti harga pokok semua barang yang diproduksi akan mengalamami kenaikan dari:
- Naiknya biaya energi dalam proses produksi sebesar 1.1 %
- Naiknya semua harga bahan yang dipakai dalam proses produksi akibat kenaikan biaya transportasi sebesar 0.66%.
Jadi secara matematis harga pokok semua barang akan naik sebesar 1,1% + 0.66% = 1.76% saja. Dari hitung2an di atas walaupun tidak 100% akurat, menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM di atas, pengaruhnya terhadap harga barang di pasaran hanya kecil saja. Kalaupun hitung2an di atas kurang akurat, hasil akhirnya yang benar dan akurat apakah mungkin menjadi 20 - 30%? Mustahil bukan?
Tapi fakta di lapangan harga-harga melonjak sekitar 20 - 30%. Jadi apa penyebab kenaikan harga ini? Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab utamanya:
1. Pedagang spekulator yang menimbun barang untuk menunggu harga2 naik, sehingga barang2 tsb menghilang dari pasaran dan harganya naik tajam.
2. Pengusaha transportasi yang seenaknya saja menaikkan biaya transport.
3. Produsen yang dengan berbagai alasan menaikkan harga jualnya.
4. Pedagang pada berbagai tingkat distribusi, mulai dari Agen Utama, Agen, Pedagang Besar, Pedagang Kecil, dan Pedagang Eceran semaunya sendiri secara estafet menaikkan harga jual.
Apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai rakyat biasa dan konsumen? TIDAK ADA, karena ini tugas pemerintah cq Menko Perekonomian cq Kementerian Perdagangan dengan dibantu Polisi Ekonomi yang harus mengatur dan mengendalikan harga2 di pasaran. Inilah hasil karya dari sistem ekonomi NEOLIB, di mana pemerintah tidak punya wewenang untuk mengatur harga. Biarlah rakyat miskin mati sengsara.
Kadang2 saya curiga, apakah kenaikan harga BBM yang maju mundur ini merupakan salah satu strategi menaikkan harga2, agar para pedagang di sana bisa menjual barangnya di Indonesia. kalau harag2 di Indonesia murah, mereka yang biaya produksinya tinggi tidak akan bisa menjual barang2 di pasaran Indonesia, karena harga disini lebih murah. Kalau harga disini menjadi mahal, kesempatan untuk mereka jadi terbuka.
Dalam sistem ekonomi sosialis, dalam kondisi seperti ini, pemerintah punya wewenang untuk intervensi pasar dan mengatur harga jual agar tidak seenaknya saja dinaikkan para produsen maupun pedagang. Dulu dalam masa pemerintahan Bung Karno, saya ingat benar, untuk beberapa komoditi penting yang menyangkut kebutuhan vital masyarakat, seperti beras, gula, minyak tanah, dsb, harganya benar2 diawasi dengan ketat dengan sanksi pidana.
Bagaimana dengan pemerintah sekarang? Silakan anda jawab sendiri…….Oleh : DR. Herry Antono.